Penerapan disiplin positif di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah kunci dalam membentuk karakter siswa yang mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki kesadaran diri. Di usia remaja, siswa berada dalam tahap krusial di mana mereka mulai memahami konsekuensi tindakan dan membangun etos pribadi. Oleh karena itu, pendekatan disiplin positif bukan sekadar tentang hukuman, melainkan tentang bimbingan dan penguatan perilaku baik yang akan menjadi bekal mereka di masa depan. Metode ini berfokus pada pembangunan internalisasi nilai, bukan hanya kepatuhan pada aturan.
Implementasi disiplin positif di lingkungan SMP dapat diwujudkan melalui berbagai strategi yang mengedepankan komunikasi dan pemahaman. Sekolah dapat menciptakan peraturan yang jelas, namun dengan melibatkan siswa dalam proses penyusunannya, sehingga mereka merasa memiliki. Misalnya, SMP Kreatif Nusantara di Malang, pada tanggal 5 Mei 2026, rutin mengadakan forum diskusi “Suara Siswa” setiap bulan, di mana siswa dapat menyampaikan ide dan masukan terkait tata tertib sekolah. Selain itu, pemberian konsekuensi yang logis dan mendidik, alih-alih hukuman fisik, akan membantu siswa belajar dari kesalahan mereka. Contohnya, jika seorang siswa terlambat, konsekuensinya mungkin adalah membantu merapikan ruang kelas selama istirahat, bukan sekadar berdiri di luar.
Peran guru sebagai fasilitator dan mentor sangatlah penting dalam menerapkan disiplin positif. Guru harus mampu membangun hubungan yang positif dengan siswa, memahami latar belakang mereka, dan memberikan bimbingan yang personal. Lingkungan sekolah yang aman, inklusif, dan penuh dukungan akan mendorong siswa untuk berani mengambil risiko belajar dari kesalahan tanpa takut dihakimi. Dalam sebuah pelatihan “Pembinaan Karakter Remaja” yang diselenggarakan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada hari Jumat, 29 April 2026, seorang narasumber dari kepolisian, AKP Dimas Ardian dari Satuan Binmas Polresta Surakarta, menyampaikan bahwa penerapan disiplin positif di SMP dapat secara signifikan mengurangi kasus perundungan dan kekerasan antar siswa, karena siswa diajarkan untuk menyelesaikan masalah dengan dialog dan empati.
Dampak jangka panjang dari penerapan disiplin positif yang konsisten akan terlihat ketika siswa beranjak dewasa. Mereka akan menjadi individu yang memiliki inisiatif tinggi, mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab, dan memiliki kendali diri yang baik. Lulusan SMP yang tumbuh dengan pendekatan disiplin positif akan lebih siap menghadapi tantangan hidup, mampu beradaptasi dengan lingkungan baru, dan menjadi warga negara yang produktif serta berintegritas. Dengan demikian, kontribusi pendidikan SMP dalam menerapkan disiplin positif adalah investasi krusial untuk masa depan bangsa yang lebih berdaya dan berkarakter.