Lomba kebersihan kelas seringkali hanya dinilai sesaat menjelang akhir semester. Ini memicu kebersihan mendadak yang tidak berkelanjutan. Untuk menciptakan budaya bersih sejati, program Jumat Bersih harus menjadi acuan baku dalam bobot penilaian semesteran, bukan sekadar pelengkap.
Jumat Bersih adalah kegiatan rutin yang mencerminkan komitmen harian siswa terhadap lingkungan. Dengan menjadikannya indikator penilaian utama, sekolah mendorong konsistensi, bukan kepura-puraan. Nilai akumulatif dari keaktifan dan kualitas gotong royong setiap minggu lebih jujur.
Mekanisme penilaian Jumat Bersih harus terstruktur. Tim juri (bisa dari OSIS atau guru piket) perlu mencatat skor harian atau mingguan. Aspek yang dinilai tidak hanya kebersihan fisik, tetapi juga partisipasi, inisiatif, dan manajemen waktu siswa saat melaksanakan tugasnya.
Integrasi Jumat Bersih dalam penilaian formal akan menumbuhkan kesadaran jangka panjang. Siswa akan menyadari bahwa kebersihan bukan hanya untuk memenangkan lomba, tetapi sebuah proses berkelanjutan. Ini adalah pembentukan karakter yang lebih berharga daripada piala semata.
Kebersihan lingkungan, khususnya di area tersembunyi seperti laci atau kolong meja, adalah indikator kedisiplinan. Jika kelas selalu bersih setelah Jumat, artinya budaya gotong royong telah meresap. Penilaian harus mencakup sudut-sudut yang sering luput dari perhatian.
Lomba kebersihan harus mengapresiasi upaya kolektif. Dengan bobot penilaian tinggi pada Jumat mingguan, kelas yang konsisten bergotong royong akan lebih unggul. Ini mencegah dominasi segelintir siswa dan memastikan semua anggota kelas bertanggung jawab.
Menerapkan Jumat sebagai acuan baku juga memberikan keadilan. Penilaian dadakan sering tidak objektif dan membebani siswa di hari H. Penilaian rutin justru mendorong siswa untuk menjaga kebersihan kelas mereka setiap saat, bukan hanya saat diinspeksi.
Oleh karena itu, sekolah perlu merevisi kriteria lomba kebersihan. Bobot nilai untuk Jumat harus mencapai minimal 60% dari total nilai semesteran. Sisanya baru mencakup kerapian dekorasi dan kelengkapan administrasi kelas.
Pada akhirnya, menjadikan Jumat sebagai penentu utama lomba kebersihan kelas adalah langkah strategis. Ini mewujudkan budaya bersih yang sesungguhnya di sekolah, bukan hanya kebersihan musiman, dan mengukuhkan semangat gotong royong antar siswa.