Kesenjangan Konektivitas internet di lembaga pendidikan Indonesia masih menjadi isu krusial yang menghambat pemerataan akses terhadap pendidikan berkualitas di era digital. Meskipun teknologi semakin maju, realitas di lapangan menunjukkan bahwa banyak sekolah, terutama di daerah terpencil, masih kesulitan mendapatkan akses internet yang stabil dan memadai. Artikel ini akan membahas Kesenjangan Konektivitas ini, dampaknya, serta upaya-upaya untuk mengatasinya.
Di tengah pesatnya Transformasi Edukasi Digital, internet bukan lagi sekadar fasilitas tambahan, melainkan kebutuhan dasar untuk mendukung proses belajar mengajar. Materi pembelajaran daring, akses ke jurnal ilmiah, platform kolaborasi, dan sumber daya edukasi global semuanya bergantung pada koneksi internet yang handal. Tanpa akses ini, siswa dan guru di daerah yang kurang beruntung akan tertinggal dalam pengembangan literasi digital dan keterampilan abad ke-21. Ini menciptakan disparitas yang signifikan dalam kesempatan belajar.
Salah satu penyebab utama Kesenjangan Konektivitas adalah infrastruktur yang belum merata. Pembangunan jaringan fiber optik dan menara BTS masih terkonsentrasi di wilayah perkotaan, meninggalkan banyak daerah pedesaan dan terluar dalam kondisi “blank spot” atau dengan sinyal yang sangat lemah. Biaya pemasangan dan langganan internet yang mahal juga menjadi beban tersendiri bagi lembaga pendidikan, terutama sekolah-sekolah swasta kecil atau yang berada di bawah Yayasan yang minim dana.
Dampak dari Kesenjangan Konektivitas ini sangat terasa. Proses pembelajaran menjadi tidak maksimal, guru kesulitan mengakses materi terbaru, dan siswa tidak bisa berpartisipasi dalam aktivitas daring yang kini menjadi standar di banyak sekolah maju. Hal ini menghambat upaya pemerintah dalam mewujudkan pendidikan yang inklusif dan merata di seluruh pelosok negeri. Selain itu, keterampilan digital siswa pun menjadi terhambat perkembangannya, padahal keterampilan ini sangat vital untuk masa depan mereka di ekonomi digital.
Pemerintah melalui berbagai kementerian dan lembaga terus berupaya mengatasi tantangan ini. Sebagai contoh, pada rapat koordinasi yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) pada hari Selasa, 23 April 2024, pukul 14.00 WIB, di Kantor BAKTI Kominfo, Jakarta, dibahas percepatan program penyediaan akses internet gratis untuk sekolah-sekolah di daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal). Rapat tersebut dihadiri oleh Direktur Utama BAKTI Kominfo, Bapak Fadhilah Anshori, dan perwakilan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Dengan upaya kolaboratif antara pemerintah, penyedia layanan internet, dan masyarakat, diharapkan Kesenjangan Konektivitas di lembaga pendidikan Indonesia dapat semakin menyempit. Ini adalah langkah fundamental untuk memastikan bahwa setiap anak Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses pendidikan berkualitas di era digital.