Membangun Karakter Teladan: Antara Teori dan Praktik di Sekolah

Pendidikan di Indonesia semakin menyadari bahwa keberhasilan siswa tidak hanya diukur dari nilai akademis semata. Lebih dari itu, membangun karakter teladan menjadi misi penting yang harus diintegrasikan dalam setiap aspek pembelajaran. Namun, implementasi di lapangan sering kali menghadapi tantangan, di mana teori yang indah di atas kertas tidak selalu berjalan mulus dalam praktik sehari-hari.

Pada hari Kamis, 21 November 2025, dalam seminar nasional pendidikan di Gedung Balai Kartini, Jakarta, seorang ahli pendidikan karakter, Prof. Dr. Haris Soewondo, S.Pd., M.A., memaparkan sebuah studi kasus. “Di SMP Maju Bersama, kami menemukan bahwa program ‘Senyum, Sapa, Salam’ yang diterapkan secara rutin berdampak signifikan. Siswa yang awalnya pasif menjadi lebih proaktif dalam berinteraksi. Ini adalah contoh nyata bagaimana membangun karakter teladan bisa dimulai dari hal-hal kecil,” jelasnya. Program ini terbukti berhasil karena didukung oleh konsistensi dari seluruh warga sekolah, termasuk guru dan staf.

Keberhasilan implementasi karakter teladan juga sangat bergantung pada peran guru sebagai figur sentral. Guru tidak hanya menjadi pengajar, melainkan juga harus menjadi model perilaku yang baik. Sebagai contoh, Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Bapak Edi Susanto, S.H., M.Pd., dalam sebuah wawancara pada tanggal 12 Desember 2025, menjelaskan bahwa setiap guru di wilayahnya wajib mengikuti program pelatihan kepemimpinan dan etika profesi. “Kami yakin, untuk membangun karakter teladan pada siswa, kami harus memulainya dari para guru. Guru yang berintegritas akan menghasilkan siswa yang berintegritas pula,” tegasnya.

Tentu saja, praktik membangun karakter teladan tidak lepas dari tantangan. Salah satu hambatan utama adalah kurangnya partisipasi aktif dari orang tua. Dalam laporan survei yang dirilis oleh Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) pada 5 Januari 2025, disebutkan bahwa 55% orang tua merasa pendidikan karakter sepenuhnya menjadi tanggung jawab sekolah. Menanggapi hal ini, pada hari Selasa, 25 Februari 2025, pihak kepolisian melalui Unit Binmas Polres Metro Jakarta Pusat, mengadakan program edukasi yang melibatkan orang tua di beberapa sekolah. Program ini bertujuan untuk menyadarkan orang tua bahwa mereka memiliki peran krusial dalam pembentukan karakter anak.

Di tengah era digital, tantangan juga datang dari pengaruh negatif media sosial. Oleh karena itu, sekolah-sekolah kini mulai mengintegrasikan pendidikan literasi digital ke dalam kurikulum. Program ini mengajarkan siswa untuk bersikap bijak, bertanggung jawab, dan berempati di dunia maya. Dengan demikian, membangun karakter teladan tidak hanya terbatas pada interaksi langsung, tetapi juga meluas ke ranah virtual. Upaya ini merupakan sinergi antara teori dan praktik yang bertujuan untuk menghasilkan individu yang seutuhnya, berkarakter kuat dan siap menghadapi berbagai tantangan zaman.